Minggu, 24 Maret 2013
Adik-Adik Dengan Semangat Membara
Malam hari
dihari minggu tepat pada tanggal 24 Maret 2013. Seperti biasa jam 18.30 aku
berangkat menuju desa binaan BEM FMIPA yang terletak dipinggiran kota Surabaya
daerah Keputih Sukolilo. Kami (aku dan teman aku yang bernama Sari) harus
melewati jalan tanpa ada penerangan lampu jalan menuju kedaerah Keputih Tegal
Timur, beruntung jalan yang kami lewati sudah beraspal dan tidak bergeronjal
seperti daerah jalan Kertajaya. Tetapi itu tak mematahkan semangat kami untuk
membagi ilmu pada adik-adik didaerah sana yang memiliki semangat yang berkobar
dalam belajar. Sebuah cahaya lampu berwarna orange tampak menyala setelah kami
menyusuri jalan tanpa penerangan. Yaa disana ternyata adalah tempat pengolahan
pembuangan kotoran, disana tampak ada beberapa yang dibentuk seperti kolam,
entah apa itu aku tidak tau. Setelah melewati tempat pengolahan pembuangan
kotoran itu, aku melajukan sepeda motor ku menuju sebuah gang yang sempit. Yaa
disanalah adik-adik yang akan aku ajari tinggal. Tampak disana rumah berjajaran
saling berdempet satu sama lain. Di depan rumah mereka ada aliran sungai yang
tak terawat dan disana lha mereka membuang berbagai sampah dan mereka buang
hajat. Mereka mengeluh bahwa air yang mereka gunakan berasa asin, keruh dan
tidak berbusa bila digunakan untuk mencuci, aku pun sudah membuktikannya.
Beberapa bulan lalu, kami melakukan survey dan ternyata usut punya usut mereka
tinggal diatas tanah Negara (pemerintah) dan mereka tidak punya surat tanah
dimana rumah mereka berdiri. Hal itu lah yang menyebabkan mereka tidak mendapat
fasilitas air PDAM dari pemerintah karena mereka tinggal diatas tanah
pemerintah. Untuk memenuhi kebutuhan air mereka harus membeli dengan harga yang
cukup tinggi. Entah pihak siapa yang bersalah atau bagaimana, saya tidak tahu
tapi menurut saya apakah mereka sebagai warga negara Indonesia tidak bisa
mendapatkan fasilitas seperti warga yang lain??mereka berhak merasakan
fasilitas yang disediakan oleh negara. Namun dalam kondisi apapun, mereka selalu
membuka tangan pada kedatangan para agent of change seperti kami.
Aku tetap
melajukan sepeda motor ku dengan perlahan melewati deretan-deretan rumah yang
hanya diterangi satu lampu dan tak ada lampu jalan. Kami menyusuri jalan yang
tampak remang-remang dan sedikit gelap. Dari kejauhan kami melihat beberapa
kumpulan adik-adik yang entah apa sedang mereka lakukan. Kami pun melewati
mereka dengan perlahan, namun sedetik setelah kami melewati mereka, mereka
berteriak bersaut-sautan.
"kakaaaakk dateng"
"kak Princess dateng"
"kaaakkkk"
"kaaakkkaaakk dateeeng"
Mereka berlari dan mengikuti sepeda motor ku.
Aku pun menghentikan sepeda motor ku dan memarkirkannya di depana salah satu
rumah yang khusus untuk kumpulan warga didaerah sana. Dengan sekejap aku dan
Sari dikerumuni oleh adik-adik kecil dengan berbagai macam karakter dan usia.
Bahkan beberapa dari mereka ada yang langsung memelukku. Berbagai pertanyaan
mereka lontarkan.
"kak princess,,kakaak-kakak yang lain mana??"
"kok cuma berdua??"
"kak dova mana,kak princesss??"
Dengan sabar dan pelan aq menjawab "iyaa kakak-kakak
yang lain masih dalam perjalanan menuju kesini..jadi tunggu yaaa"
Aq berjalan
menuju sebuah rumah. Dari kejauhan tampak seorang pria paruh baya berjalan
mendekat.
"mau ambil kunci ya mbakk??"teriak pria itu
"iya pak"jawab ku
Aku berdiri
tepat didepan sebuah rumah yang sangat sederhana, dengan pintu terbuka. Tanpa
ragu aku berkata "permisi bu..mau mengambil kunci". Seolah mengerti
si ibu langsung menuju sebuah pilar kayu yang menyanggah rumah dan disana
tergantung kunci yang aku cari.
Setelah
menerima kunci itu, aku pun langsung membuka rumah yang biasanya kami jadikan
sebagai tempat untuk belajar bersama adik-adiknya. Si bapak yang tadi bertanya
ternyata sudah berdiri di rumah iu dan membantu kami menyalakan lamu untuk
menerangi kegiatan belajar mengajar kami. Sebelum memulai belajar kami berdoa
dulu. Dan tanpa kami sadari ternyata adik-adik yang datang hari ini cukup
banyak. Sedikit khawatir untuk mengajar hari ini, karena hanya kami berdua yang
datang. Tapi itu tak menyurutkan semangat kami. FIGHTING :). Sedikit kewalahan
sebenarnya mengatur adik-adiknya untuk diam dan patuh pada kami tapi well
itulah anak kecil yang sehat. Kalo anak kecil sakit baru bisa diam,right ??
^_^.
Well, lima belas
menit berlalu dan muncullah seseorang lagi. Aku bersyukur bahwa dova datang,
well paling tidak ada 3 pengajar untuk adik-adik ini. Waktu terus berjalan dan
berjalan seperti mereka yang selalu memiliki semangat untuk belajar. Tiga puluh
menit berlalu, muncullah seorang anak lelaki dengan pakaian lusuhnya dan
mendekatiku. Perhatian ku yang awalnya tertuju pada 5 orang adik-adik, sekarang
beralih ke anak lelaki itu.
"kenapa baru dateng??ayo sini belajar, kemaren sudah
sampe mana belajarnya??" tanya ku
"huruf kak"jawabnya pelan dan singkat
"ok...bentar y tak cari kertas dulu" ujar ku
Lima orang
adik-adik yang tadi ku ajari tiba-tiba diam dan menatap anak lelaki yang
menjadi perhatian ku itu. Salah satu dari mereka pun berceloteh "awakmu
rene g gowo opo-opo" (kamu kesini g bawa apa-apa). Aku pun tak ingin ada
perkelahian atau ada yang merasa tersakiti hatinya terutama anak lelaki itu.
Dengan cepat aku mengalihkan perhatiannya pada apa yang aku tulis disecari
kertas. Setelah menulis huruf dari A hingga Z, aku memberitaunya agar dia
menulis seperti apa yang aku tuliskan. Ada salah satu adik yang kami ajari
berceloteh, "kak dia lho g sekolah" dan kami hanya bisa iya lalu
mengalihkan perhatian mereka.
Waktu
berjalan dan terus berjalan, dan akhirnya waktu belajar telah usai. Setelah
kami berdoa, mereka pun pamit pulang. Namun tinggal kami dan anak lelaki itu
yang masih berada disana. Disela-sela anak lelaki itu sibuk dengan apa yang dia
tulis kami bertanya.
"kok jarang kesini??kenapa??" tanya ku
"isin mb" jawabnya singkat padat dan jelas
"lapo isin??lha wonk disini podo-podo
belajare"ujar Sari
"sering-sering aja kesini,.minggu depan kesini yaa,ntar
tak kasih buku wat nulis" ujar ku
"iyaa,ntar wat belajar bukunya"timpal Sari
"mba..sampean pas iko tau janjeni aku mobil-mobilan
og!!mana mobil-mobilane saiki??"tagih anak lelaki itu pada Sari
"lho..iyo t??perasaan aku janjeni buku thok, kapan aku
janjeni??" tanya Sari bingung pada dirinya sendiri
"iyo sampean mb"
"ealah,iyo wes minggu ngarep yow"
Melihat
wajah anak lelaki ini dengan antusias dalam belajar, kenapa dia harus putus
sekolah disaat usianya sangat dini mungkin masih berumur 9-11 tahun. Disaat
banyak anak orang kaya yang selalu mendapat lebih fasilitas dalam pendidikan
tapi ada yang tak mendapatkan sama sekali fasilitas pendidikan dari pemerintah
like him. Melihat dia (anak lelaki itu) aq bersyukur bahwa aku masih diberi
kesempatan untuk merasakan bangku sekolah hingga saat ini (red: kuliah). Dari
anak laki-laki itu, aku seperti diberi sebuah semangat baru bahwa sekecil
apapun masalah yang sedang kamu alami, jangan pernah untuk berhenti BELAJAR dan
mengapai cita-cita mu. Well, semoga kalian yang membacanya bisa memahami,
merasakan dan mengambil sedikit hikmah dari si anak lelaki dengan semangat
tinggi.
See you
Thank you
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar