/* ----- NAVBAR MENU ----- */ #NavbarMenu { width: 875px; height: 35px; background:#FF6600 url(http://i802.photobucket.com/albums/yy308/penerjemah/navbar-hitam.png) repeat-x top; color: #ffffff margin: 0 auto 0; padding: 0; font: bold 11px Arial, Tahoma, Verdana; border-top: 1px solid #ffffff; border-bottom: 1px solid #ffffff; } #NavbarMenuleft { width: 680px; float: left; margin: 0; padding: 0; } #nav { margin: 0; padding: 0; } #nav ul { float: left; list-style: none; margin: 0; padding: 0; } #nav li { list-style: none; margin: 0; padding: 0; } #nav li a, #nav li a:link, #nav li a:visited { color: #ffffff; display: block; text-transform: capitalize; margin: 0; padding: 9px 15px 8px; font: normal 15px Georgia, Times New Roman; } #nav li a:hover, #nav li a:active { background:#FF6600; color: #ffffff; margin: 0; padding: 9px 15px 8px; text-decoration: none; } #nav li li a, #nav li li a:link, #nav li li a:visited { background: #ffffff url(http://i802.photobucket.com/albums/yy308/penerjemah/navbar-hitam.png) repeat-x top; width: 150px; color: #ffffff; text-transform: lowercase; float: none; margin: 0; padding: 7px 10px; border-bottom: 1px solid #ffffff; border-left: 1px solid #ffffff; border-right: 1px solid #ffffff; font: normal 14px Georgia, Times New Roman; } #nav li li a:hover, #nav li li a:active { background: #FF6600; color: #ffffff; padding: 7px 10px; } #nav li { float: left; padding: 0; } #nav li ul { z-index: 9999; position: absolute; left: -999em; height: auto; width: 170px; margin: 0; padding: 0; } #nav li ul a { width: 140px; } #nav li ul ul { margin: -32px 0 0 171px; } #nav li:hover ul ul, #nav li:hover ul ul ul, #nav li.sfhover ul ul, #nav li.sfhover ul ul ul { left: -999em; } #nav li:hover ul, #nav li li:hover ul, #nav li li li:hover ul, #nav li.sfhover ul, #nav li li.sfhover ul, #nav li li li.sfhover ul { left: auto; } #nav li:hover, #nav li.sfhover { position: static; }

Selasa, 27 Maret 2012

Lingkungan ku


BANJIR
Hm sepertinya hidup itu tidak akan pernah terhindar dari sesuatu yang namanya masalah.Manusia hidup dibumi ini untuk menjadi seorang khalifah dibumi ini dengan menjaga sebaik-baiknya.Tapi sepertinya manusia tidak cukup menjadi seorang khalifah dimuka bumi ini terbukti dengan banyaknya bencana yang terjadi di bumi ini seperti bajir,kebakaran hutan,global warming itu merupakan salah satu contoh bencana yang ada di dunia ini.

Di Indonesia bencana-bencana alam atapun bencana karena ulah manusia sering kita jumpai.Banjir adalah bencana yang disebabkan karena ulah tangan manusia sendiri.Tidak dipungkiri bahwa Indonesia hanya memiliki 2 macam musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.Musim hujan di Indonesia jauh lebih lama dibanding dengan Negara-negara lain. Dan sepertinya banjir telah menjadi hal yang sangat biasa di negeri ini. Bagaimana tidak? Selama beberapa tahun belakangan ini, hamper setiap hari banjir dari seluruh Indonesia menghiasi berbagai media baik cetak maupun televisi. Banjir telah menjadi bencana yang semakin meningkat baik frekuensi maupun luasannya.
 

Dan sekarang apakah kita sebagai generasi penerus bumi ini akan terus membiarkan masalah ini berkelanjtan dan tidak ada upaya untuk mengurangi sedikit bencana ini.Mungkin kita hanya bisa mengurangi dari dampak-dampak yang disebabkan oleh tangan manusia yang dapat menyebabkan banjir ini.Ada beberapa cara yaitu :
1.        Solusi pertama yang paling murah dan mudah adalah panen hujan dan aliran permukaan. Hal ini harus didukung oleh penatagunaan lahan sesuai dengan kemampuannya agar hasil yang diperoleh lebih maksimal. Metoda ini dapat memberikan keuntungan pada petani dalam mengurangi dampak banjir. Caranya mudah yaitu dengan menampung dan menyimpan sebagian air hujan dan aliran permukaan kedalam embung-embung atau kolam-kolam, hal ini tetntu saja didukung dengan penanaman vegetasi diseluruh DAS. Air yang ditampung pada musim hujan selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk tambahan air irigasi (supplementary irrigation) pada musim kemarau. Agar nilai ekonomi air dapat ditingkatkan, komoditas yang diusahakan dipilih yang bernilai ekonomi tinggi (buah-buahan dan sayuran). Teknologi ini berhasil dengan baik diterapkan di Wonosari dan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (Irianto, 2006). Penurunan volume air hujan dan aliran permukaan akibat panen hujan dan aliran permukaan akan dapat menurunkan debit puncak dan memperpanjang waktu respon DAS selang waktu antara curah hujan maksimum dan debit maksimum. Aplikasi teknologi panen hujan dan aliran permukaan ini sudah saatnya disebarluaskan agar manfaat yang diterima masyarakat dapat dioptimalkan. 
2.  Solusi lainnya adalah pembuatan Lubang Resapan Biopori (LRB). 
     Biopori dapat terbentuk dengan cara membuat lubang vertikal ke dalam tanah. Lubang-lubang tersebut selanjutnya diisi dengan bahan organik, seperti sampah organik rumah tangga, daun, potongan rumput dsb. Bahan organik tersebut menjadi makanan organisma di dalam tanah sehingga aktifitas mereka akan meningkat . Dengan meningkatnya aktifitas organisma maka semakin banyak biopori yang terbentuk. Pembuatan LRB mudah, murah dan tidak memerlukan waktu yang lama. Harga satu Bor LRB sekitar Rp 200 ribu dan bisa digunakan oleh banyak orang . Beberapa peralatan yang dibutuhkan sebagai berikut : bor tanah, ember, gayung, bambu dan pipa PVC. LRB yang dibuat dengan kedalaman 1 m dan diameter 10 cm dapat menampung volume sampah dan air hujan 7,9 liter dan luas resapan meningkat dari 79 cm persegi menjadi 3218 cm persegi (40 kali lipat). Sebagai contoh di Kota Bandung, dengan curah hujan di kota Bandung rata 2.000 mm per tahun dan luas kota Bandung 16.767 ha maka potensi air yang bisa diserap oleh tanah adalah 335 juta meter kubik (335 miliar liter). Saat ini penduduk kota Bandung sekitar 2,4 juta orang dan kebutuhan air 200 liter/orang/hari. Jadi per hari dibutuhkan 480 juta liter air atau 175 milyar liter air per tahun. Jumlah rumah yang ada di kota Bandung sekitar 460 ribu. Seandainya setiap rumah masing-masing memililki 10 LRB maka terdapat 4,6 juta LRB di kota Bandung. Jika 50 % dari air hujan tahunan tersebut dapat diserap masuk ke dalam LRB, maka Bandung tidak akan mengalami banjir saat musim hujan dan juga tidak akan terjadi kekeringan ketika musim kemarau. Volume sampah yang bisa ditampung LRB (7,9 liter) x (10 LRB) x (460.000 rumah) = 36,34 juta liter (36.340 meter kubik) sampah organik. Per hari terkumpul di kota Bandung 7,5 ribu meter kubik. 65 persen merupakan sampah organik (4.875 meter kubik). Jadi volume sampah organik yang bisa ditampung oleh LRB 7,5 kali lipat dari potensi sampah harian.
3.                    Solusi berikutnya adalah reforestrasi (penghutanan kembali) semua kawasan DAS, terutama bagian hulu, dengan berbagai jenis tumbuhan hutan dan dijaga serta dipelihara sampai betul-betul tumbuh dan tegak, mampu tumbuh sendiri dan aman dari gangguan orang ataupun binatang. Program penanaman 1 juta atau 1 milyar pohon dari presiden SBY patut kita dukung dan dilaksanakan secara serius di lapangan.
 
4.                  Penegakan hukum  untuk para perusak hutan dan para pelanggar rencana tata ruang wilayah (RTRW). Sudah saatnya pemerintah bertindak tegas terhadap para perusak hutan baik yang legal maupun illegal, juga para pelanggar RTRW sehingga proses degradasi (perusakan) hutan ke depan dapat ditekan sekecil mungkin, begitu juga proses alih fungsi lahan yang tidak terencana harus dapat diminimalkan. Dalam hal ini implementasi UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang harus betul-betul dilaksanakan secara konsisten dan konsekwen.
                 Penanganan banjir tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah saja, tetapi perlu partisipasi dari seluruh lapisan masyarakat. Kampanye pelestarian lingkungan harus terus digalakkan. Konsep panen hujan dan lubang resapan biopori, gerakan penghutanan kembali lahan-lahan gundul serta pentaatan terhadap RTRW, harus diterapkan diseluruh Indonesia sebagai antisipasi penanganan banjir yang murah, mudah efektif dan efisien
.
1.        Penegakan hukum  untuk para perusak hutan dan para pelanggar rencana tata ruang wilayah (RTRW). Sudah saatnya pemerintah bertindak tegas terhadap para perusak hutan baik yang legal maupun illegal, juga para pelanggar RTRW sehingga proses degradasi (perusakan) hutan ke depan dapat ditekan sekecil mungkin, begitu juga proses alih fungsi lahan yang tidak terencana harus dapat diminimalkan. Dalam hal ini implementasi UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang harus betul-betul dilaksanakan secara konsisten dan konsekwen.
5.                  Penanganan banjir tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah saja, tetapi perlu partisipasi dari seluruh lapisan masyarakat. Kampanye pelestarian lingkungan harus terus digalakkan. Konsep panen hujan dan lubang resapan biopori, gerakan penghutanan kembali lahan-lahan gundul serta pentaatan terhadap RTRW, harus diterapkan diseluruh Indonesia sebagai antisipasi penanganan banjir yang murah, mudah efektif dan efisien.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar