PENDAHULUAN
Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang
tersebar luas pada tumbuhan tingkat tinggi. Saponin membentuk larutan koloidal
dalam air dan membentuk busa yang mantap jika dikocok dan tidak hilang dengan
penambahan asam (Harbrone,1996). Saponin merupakan golongan senyawa alam yang
rumit, yang mempunyai massa dan molekul besar, dengan kegunaan luas (Burger
et.al,1998) Saponin diberi nama demikian karena sifatnya menyerupai sabun
“Sapo” berarti sabun. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat dan
menimbulkan busa bila dikocok dengan air. Beberapa saponin bekerja sebagai
antimikroba. Dikenal juga jenis saponin yaitu glikosida triterpenoid dan
glikosida struktur steroid tertentu yang mempunyai rantai spirotekal. Kedua saponin
ini larut dalam air dan etanol, tetapi tidak larut dalam eter. Aglikonya
disebut sapogenin, diperoleh dengan hidrolisis dalam suasana asam atau
hidrolisis memakai enzim (Robinson,1995).
Di kehidupan sehari-hari kita sering
melihat peristiwa buih yang disebabkan karena kita mengkocok suatu tanaman ke
dalam air. Secara fisika buih ini timbul karena adanya penurunan tegangan permukaan pada cairan (air). Penurunan
tegangan permukaan disebabkan karena adanya
senyawa sabun (bahasa latin = sapo) yang dapat mengkacaukan
iktan hidrogen pada air. Senyawa sabun ini biasanya memiliki dua bagian yang tidak sama sifat kepolaranya. Dalam tumbuhan tertentu
mengandung senyawa sabun yang biasa disebut saponin. Saponin berbeda struktur dengan senywa sabun yang ada. Saponin
merupakan jenis glikosida. Glikosida adalah
senyawa yang terdiri daro glikon (Glukosa, fruktosa,dll) dan aglikon (senyawa bahan aalam lainya). Saponin umumnya berasa pahit dan dapat membentuk buih saat dikocok dengan air. Selain itu juga
bersifat beracun untuk beberapa hewan berdarah
dingin (Najib, 2009). Saponin merupakan glikosida yang memiliki aglikon berupa
steroid dan triterpen. Saponin steroid
tersusun atas inti steroid (C 27) dengan molekul karbohidrat. Steroid saponin dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang
dikenal sebagai saraponin.
Saponin
triterpenoid tersusun atas inti triterpenoid dengan
molekul karbohidrat. Dihidrolisis menghasilkan
suatu aglikon yang disebut sapogenin. Masing-masing senyawa ini banyak
dihasilkan di dalam tumbuhan (Hartono, 2009). Tumbuhan yang mengandung sponin
ini biasanya memiliki Genus Saponaria dari Keluarga
Caryophyllaceae. Senywa saponin juga ditemui pada famili sapindaceae, curcurbitaceae, dan araliaceae.
Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi
pada bagian-bagian tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap
pertumbuhan. Fungsi dalam tumbuh-tumbuhan tidak diketahui mungkin sebagai
penyimpan karbohidrat atau merupakan weste product dan metabolism
tumbuh-tumbuhan kemungkinan lain adalah sebagai pelindung terhadap serangan
serangga.
Sifat-sifat
Saponin :
a.
Mempunyai rasa pahit
b.
Dalam larutan air membentuk busa stabil
c.
Menghemolisa eritrosit
d.
Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi
e.
Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksiteroid lainya
f.
Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi
g.
Berat molekul relative tinggi dan analisi hanya menghasilkan formula empiris
yang mendekati
Toksisitasnya mungkin karena dapat merendahkan
tegangan permukaan (Surface tenstn) dengan hidrolisis lengkap akan dihasilkan
sapogenin (aglikon) dan karbohidrat (heksosa, pentose, dan Saccharic acid) (Kim
Nio,1989).
KLASIFIKASI
Saponin diklasifikasikan berdasarkan sifat
kimia menjadi dua yaitu saponin steroid dan saponin triterpenoid.
Saponin steroid tersusun atas inti steroid (C27) dengan molekul karbohidrat.
Steroid saponin dihidrolisis menghasilkan satu aglikon yang dikenal sebagai
sapogenin. Tipe saponin ini memiliki efek antijamur. Pada binatang menunjukan
penghambatan aktifitas otot polos. Saponin steroid diekskresikan setelah
koagulasi dengan asam glukotonida dan digunakan sebagai bahan baku pada proses
biosintetis obat kortikosteroid. Saponin jenis ini
memiliki aglikon berupa steroid yang di peroleh dari metabolisme sekunder tumbuhan.
Jembatan ini juga sering disebut dengan glikosida jantung, hal ini disebabkan
karena memiliki efek kuat terhadap jantung.
Salah satu contoh saponin jenis ini adalah Asparagosida (Asparagus sarmentosus), Senyawa ini terkandung di
dalam ttumbuhan Asparagus sarmentosus yang hidup dikawasan hutan kering afrika.
Tanaman ini juga biasa digunkan sebagai obat anti nyeri dan rematik oleh orang
afrika (Anonim, 2009).
Saponin tritetpenoid tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul
karbohidrat. Dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang disebut sapogenin ini
merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat
dimurnikan. Tipe saponin ini adalah turunan -amyrine (Amirt Pal,2002).
Salah satu jenis contoh saponin ini adalah
asiatosida. Senyawa ini terdapat pada tumbuhan Gatu kola yang tumbuh didaerah
India. Senyawa ini dapat dipakai sebagai antibiotik (Anonim, 2009).
BIOSINTESIS
Biosintesis pada kedua jenis senyawa ini hampir sama baik saponin
denga steroid maupun triterpen. Semua senyawa ini melalui jalur asam mevalonat
yang diperoleh dari asetil CoA . Sebelum membentuk steroid biosintesis ini membentuk
senyawa squalen yang merupakan jenis triterpen yang merupakan gabungan Dari dua
farnesil piroposfat. Setelah membentuk squalen, maka terjadi reaksi oksidasi pada atom
C nomor 3 sehingga terbentuk OH,
setelah itu terjadi pembentukan epoksidasqualen. Senyawa ini akan terjadi siklisasai menjadi lanosterol yang merupakan bentuk
dasar dari senyawa steroid(Arifin, 1986). Sedangkan perbedaannya dengan triterpen adalah pada jumlah
cincin dan bnetuk cincin keempat dan kelima, pada triterpen masing-masing
cincin tersebut memiliki 5 atom karbon
MACAM SAPONIN
Macam-macam saponin berbeda sekali komponen kimianya,
yaitu berbeda pada aglikon (sapogenin) dan juga karbohidratnya sehingga
tumbuhan-tumbuhan tertentu dapat mempunyai macam-macam saponin yang berlainan
seperti :
a.
Quilage saponin, Campuran dari 3 atau 4 saponin
b.
Alfafa saponin, Campuran dari paling sedikit 5 saponin
c.
Soy Bean saponin, terdiri dari 5 fraksi yang berbeda dengan sapogenin atau
karbohidratnya, atau dalam kedua-duanya.
Kematian pada ikan, mungkin disebabkan oleh gangguan
pernapasan. Ikan yang mati karena racun saponin , tidak toksik untuk manusia
bila dimakan. Tidak toksiknya untuk manusia dapat diketahui dari minuman
seperti bir yang busanya disebabkan oleh saponin. Contoh glikosida lain adalah
tioglikosida dan bessiltioglikosida. Bila dihidrolisis dengan enzim akan
menghasilkan tiosianat, isotiosianat dan bensitiosianat yang merupakan racun
dan mempunyai sifat antitiroid. Zat-zat toksik tersebut ada pada bawang, selada
air, kacang-kacangan (seperti : Kacang tanah,kacang kedelai), dan juga
macam-macam kol (Kim Nio,1989).
Saponin dalam bentuk gugus triterpenoid dan glikosida
adalah steroid umum dalam produk tumbuh-tumbuhan. Berupa efek biologi telah
dianggap dari saponin. Penelitian yang efektif telah dilakukan pada membrane
permeable, sebagai pertanahan tubuh (sistim imun), antikangker, sifat
antikolesterol dari saponin. Saponin juga telah terbukti secara signifikan
mempengaruhi pertumbuhan, konsumsi makanan dan reproduksi pada hewan percobaan.
Beragam senyawa struktur saponin juga telah diamati untuk membunuh protozoa, moluska,
antioksidan, merusak pencernaan protein dan penyerapan vitamin dan mineral
dalam usus. Menyebabkan hipoglikemia dan bertindak sebagai anti jamur dan anti
virus (Yoshiki et al,1998). Peran Fisiologi saponin pada tananman belum
sepenuhnya di pahami meskipun ada sejumlah publikasi menggambarkan identifikasi
saponin dan beberapa efek pada sel hewan, jamur dan bakteri. Hanya sedikit yang
diketahui fungsi saponin untuk tumbuhan itu sendiri. Banyak saponin diketahui
antimikroba untuk menghambat jamur dan untuk melindungi tanaman dari serangga.
Saponin dianggap sebagai dari sistim pertahanan tanaman dan dengan
demikiandimasukan dalam kelompok besar mol pelindung pada sel tumbuhan
(Morrisey & Osboun,1999). Cara identifikasi saponin, timbang 500 mg serbuk simplisia
masukan kedalam tabung reaksi, tambahkan 10 ml air panans, dinginkan kemudian
kocok kuat-kuat selama 10 detik terbentuk buih putih yang stabil tidak kurang
dari 10 menit sehingga 1-10 cm. Pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N buih
tidak hilang, menunjukan bahwa dalam simplisia tersebut mengandung saponin.
PENUTUP
Suatu glikosida yang memiliki aglikon berupa sapogenin disebut
saponin. Saponin dapat menurunkan tegangan permukaan air, sehingga akan
mengakibatkan terbentuknya buih pada permukaan air setelah dikocok. Senyawa
saponin dibagi menjadi 2 berdasarkan jenis sapogenisnya yang menempel pada molekulnya
yaitu saponin steroid dan saponin triterpen. Saponin steroid biasanya bersifat netral,
dan disebut juga sebagai glikosida jantung kaerana mempengaruhi kerja otot jantung.
Yang kedua adalah saponin triterpen yang merupakan saponin yang mememiliki sapogenis
berupa triterpen. Kedua jenis saponin diatas disintesis melalui jalur asam mevalonat
yang berasal dari asam asetat. Sebelum membentuk sapogeninnya asam
mevalonat akan membentuk rantai triterpen yang disebit squalen. Squalen ini
mengalami oksidasi menjadi epoksidasqualen
setelah itu terjadi siklisisasi
dan dibagi menjadi dua jalur. Jalur pertama akan di peroleh lanosterol
dan jalur kedua akan membentuk triterpen dengan berbagai bentuk.
DAFTAR PUSTAKA
Amirth,Pal,Singh,2002.
A Trestie on Phytochemistry. Emedia Sience Ltd.
Burger,I.,Burger,B,V.Albrecht,C.F.Spicies,H.S.C.
and Sandor.P.,1998. Triterpenoid saponin
From
Bacium gradivlona Var. Obovatum Phytochemistry.49. 2087-2089.
Depkes
RI,1995. Materia Medika Indonesia, Depkes RI : Jakarta.
Harbrone.J.B.,1987.Metode
Fitokimia : Penuntun Cara Moderen Menaganalisis Tumbuhan,
Terbitan
Kedua,ITB : Bandung Kim Nio, Ocy.,1989. Zat-zat toksik yang secara alamiah ada
pada tumbuhan nabati. Cermin Dunia Kedokteran, No.58.
Morrisey
JP dan Ousbon AE, 1999. Fungal Resistence to Plant Antibiotic as a Mechanism of
Phatogenesis.
Mikrobiologi and molecular biologi. Reviw 63, 708-729
Robinson
,T., 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi, ITB : Bandung
Yoshiki
Y, Kudo & Okobo K,1998. Relationship Between Cemical Structure and
Biologica
Activities
of Triterpenoid Saponin from Soybean (Reviw) Biosience Biotechnology and
Biochemistry. 62. 2291-2292.
PENDAHULUAN
Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang
tersebar luas pada tumbuhan tingkat tinggi. Saponin membentuk larutan koloidal
dalam air dan membentuk busa yang mantap jika dikocok dan tidak hilang dengan
penambahan asam (Harbrone,1996). Saponin merupakan golongan senyawa alam yang
rumit, yang mempunyai massa dan molekul besar, dengan kegunaan luas (Burger
et.al,1998) Saponin diberi nama demikian karena sifatnya menyerupai sabun
“Sapo” berarti sabun. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat dan
menimbulkan busa bila dikocok dengan air. Beberapa saponin bekerja sebagai
antimikroba. Dikenal juga jenis saponin yaitu glikosida triterpenoid dan
glikosida struktur steroid tertentu yang mempunyai rantai spirotekal. Kedua saponin
ini larut dalam air dan etanol, tetapi tidak larut dalam eter. Aglikonya
disebut sapogenin, diperoleh dengan hidrolisis dalam suasana asam atau
hidrolisis memakai enzim (Robinson,1995).
Di kehidupan sehari-hari kita sering
melihat peristiwa buih yang disebabkan karena kita mengkocok suatu tanaman ke
dalam air. Secara fisika buih ini timbul karena adanya penurunan tegangan permukaan pada cairan (air). Penurunan
tegangan permukaan disebabkan karena adanya
senyawa sabun (bahasa latin = sapo) yang dapat mengkacaukan
iktan hidrogen pada air. Senyawa sabun ini biasanya memiliki dua bagian yang tidak sama sifat kepolaranya. Dalam tumbuhan tertentu
mengandung senyawa sabun yang biasa disebut saponin. Saponin berbeda struktur dengan senywa sabun yang ada. Saponin
merupakan jenis glikosida. Glikosida adalah
senyawa yang terdiri daro glikon (Glukosa, fruktosa,dll) dan aglikon (senyawa bahan aalam lainya). Saponin umumnya berasa pahit dan dapat membentuk buih saat dikocok dengan air. Selain itu juga
bersifat beracun untuk beberapa hewan berdarah
dingin (Najib, 2009). Saponin merupakan glikosida yang memiliki aglikon berupa
steroid dan triterpen. Saponin steroid
tersusun atas inti steroid (C 27) dengan molekul karbohidrat. Steroid saponin dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang
dikenal sebagai saraponin.
Saponin
triterpenoid tersusun atas inti triterpenoid dengan
molekul karbohidrat. Dihidrolisis menghasilkan
suatu aglikon yang disebut sapogenin. Masing-masing senyawa ini banyak
dihasilkan di dalam tumbuhan (Hartono, 2009). Tumbuhan yang mengandung sponin
ini biasanya memiliki Genus Saponaria dari Keluarga
Caryophyllaceae. Senywa saponin juga ditemui pada famili sapindaceae, curcurbitaceae, dan araliaceae.
Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi
pada bagian-bagian tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap
pertumbuhan. Fungsi dalam tumbuh-tumbuhan tidak diketahui mungkin sebagai
penyimpan karbohidrat atau merupakan weste product dan metabolism
tumbuh-tumbuhan kemungkinan lain adalah sebagai pelindung terhadap serangan
serangga.
Sifat-sifat
Saponin :
a.
Mempunyai rasa pahit
b.
Dalam larutan air membentuk busa stabil
c.
Menghemolisa eritrosit
d.
Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi
e.
Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksiteroid lainya
f.
Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi
g.
Berat molekul relative tinggi dan analisi hanya menghasilkan formula empiris
yang mendekati
Toksisitasnya mungkin karena dapat merendahkan
tegangan permukaan (Surface tenstn) dengan hidrolisis lengkap akan dihasilkan
sapogenin (aglikon) dan karbohidrat (heksosa, pentose, dan Saccharic acid) (Kim
Nio,1989).
KLASIFIKASI
Saponin diklasifikasikan berdasarkan sifat
kimia menjadi dua yaitu saponin steroid dan saponin triterpenoid.
Saponin steroid tersusun atas inti steroid (C27) dengan molekul karbohidrat.
Steroid saponin dihidrolisis menghasilkan satu aglikon yang dikenal sebagai
sapogenin. Tipe saponin ini memiliki efek antijamur. Pada binatang menunjukan
penghambatan aktifitas otot polos. Saponin steroid diekskresikan setelah
koagulasi dengan asam glukotonida dan digunakan sebagai bahan baku pada proses
biosintetis obat kortikosteroid. Saponin jenis ini
memiliki aglikon berupa steroid yang di peroleh dari metabolisme sekunder tumbuhan.
Jembatan ini juga sering disebut dengan glikosida jantung, hal ini disebabkan
karena memiliki efek kuat terhadap jantung.
Salah satu contoh saponin jenis ini adalah Asparagosida (Asparagus sarmentosus), Senyawa ini terkandung di
dalam ttumbuhan Asparagus sarmentosus yang hidup dikawasan hutan kering afrika.
Tanaman ini juga biasa digunkan sebagai obat anti nyeri dan rematik oleh orang
afrika (Anonim, 2009).
Saponin tritetpenoid tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul
karbohidrat. Dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang disebut sapogenin ini
merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat
dimurnikan. Tipe saponin ini adalah turunan -amyrine (Amirt Pal,2002).
Salah satu jenis contoh saponin ini adalah
asiatosida. Senyawa ini terdapat pada tumbuhan Gatu kola yang tumbuh didaerah
India. Senyawa ini dapat dipakai sebagai antibiotik (Anonim, 2009).
BIOSINTESIS
Biosintesis pada kedua jenis senyawa ini hampir sama baik saponin
denga steroid maupun triterpen. Semua senyawa ini melalui jalur asam mevalonat
yang diperoleh dari asetil CoA . Sebelum membentuk steroid biosintesis ini membentuk
senyawa squalen yang merupakan jenis triterpen yang merupakan gabungan Dari dua
farnesil piroposfat. Setelah membentuk squalen, maka terjadi reaksi oksidasi pada atom
C nomor 3 sehingga terbentuk OH,
setelah itu terjadi pembentukan epoksidasqualen. Senyawa ini akan terjadi siklisasai menjadi lanosterol yang merupakan bentuk
dasar dari senyawa steroid(Arifin, 1986). Sedangkan perbedaannya dengan triterpen adalah pada jumlah
cincin dan bnetuk cincin keempat dan kelima, pada triterpen masing-masing
cincin tersebut memiliki 5 atom karbon
MACAM SAPONIN
Macam-macam saponin berbeda sekali komponen kimianya,
yaitu berbeda pada aglikon (sapogenin) dan juga karbohidratnya sehingga
tumbuhan-tumbuhan tertentu dapat mempunyai macam-macam saponin yang berlainan
seperti :
a.
Quilage saponin, Campuran dari 3 atau 4 saponin
b.
Alfafa saponin, Campuran dari paling sedikit 5 saponin
c.
Soy Bean saponin, terdiri dari 5 fraksi yang berbeda dengan sapogenin atau
karbohidratnya, atau dalam kedua-duanya.
Kematian pada ikan, mungkin disebabkan oleh gangguan
pernapasan. Ikan yang mati karena racun saponin , tidak toksik untuk manusia
bila dimakan. Tidak toksiknya untuk manusia dapat diketahui dari minuman
seperti bir yang busanya disebabkan oleh saponin. Contoh glikosida lain adalah
tioglikosida dan bessiltioglikosida. Bila dihidrolisis dengan enzim akan
menghasilkan tiosianat, isotiosianat dan bensitiosianat yang merupakan racun
dan mempunyai sifat antitiroid. Zat-zat toksik tersebut ada pada bawang, selada
air, kacang-kacangan (seperti : Kacang tanah,kacang kedelai), dan juga
macam-macam kol (Kim Nio,1989).
Saponin dalam bentuk gugus triterpenoid dan glikosida
adalah steroid umum dalam produk tumbuh-tumbuhan. Berupa efek biologi telah
dianggap dari saponin. Penelitian yang efektif telah dilakukan pada membrane
permeable, sebagai pertanahan tubuh (sistim imun), antikangker, sifat
antikolesterol dari saponin. Saponin juga telah terbukti secara signifikan
mempengaruhi pertumbuhan, konsumsi makanan dan reproduksi pada hewan percobaan.
Beragam senyawa struktur saponin juga telah diamati untuk membunuh protozoa, moluska,
antioksidan, merusak pencernaan protein dan penyerapan vitamin dan mineral
dalam usus. Menyebabkan hipoglikemia dan bertindak sebagai anti jamur dan anti
virus (Yoshiki et al,1998). Peran Fisiologi saponin pada tananman belum
sepenuhnya di pahami meskipun ada sejumlah publikasi menggambarkan identifikasi
saponin dan beberapa efek pada sel hewan, jamur dan bakteri. Hanya sedikit yang
diketahui fungsi saponin untuk tumbuhan itu sendiri. Banyak saponin diketahui
antimikroba untuk menghambat jamur dan untuk melindungi tanaman dari serangga.
Saponin dianggap sebagai dari sistim pertahanan tanaman dan dengan
demikiandimasukan dalam kelompok besar mol pelindung pada sel tumbuhan
(Morrisey & Osboun,1999). Cara identifikasi saponin, timbang 500 mg serbuk simplisia
masukan kedalam tabung reaksi, tambahkan 10 ml air panans, dinginkan kemudian
kocok kuat-kuat selama 10 detik terbentuk buih putih yang stabil tidak kurang
dari 10 menit sehingga 1-10 cm. Pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N buih
tidak hilang, menunjukan bahwa dalam simplisia tersebut mengandung saponin.
PENUTUP
Suatu glikosida yang memiliki aglikon berupa sapogenin disebut
saponin. Saponin dapat menurunkan tegangan permukaan air, sehingga akan
mengakibatkan terbentuknya buih pada permukaan air setelah dikocok. Senyawa
saponin dibagi menjadi 2 berdasarkan jenis sapogenisnya yang menempel pada molekulnya
yaitu saponin steroid dan saponin triterpen. Saponin steroid biasanya bersifat netral,
dan disebut juga sebagai glikosida jantung kaerana mempengaruhi kerja otot jantung.
Yang kedua adalah saponin triterpen yang merupakan saponin yang mememiliki sapogenis
berupa triterpen. Kedua jenis saponin diatas disintesis melalui jalur asam mevalonat
yang berasal dari asam asetat. Sebelum membentuk sapogeninnya asam
mevalonat akan membentuk rantai triterpen yang disebit squalen. Squalen ini
mengalami oksidasi menjadi epoksidasqualen
setelah itu terjadi siklisisasi
dan dibagi menjadi dua jalur. Jalur pertama akan di peroleh lanosterol
dan jalur kedua akan membentuk triterpen dengan berbagai bentuk.
DAFTAR PUSTAKA
Amirth,Pal,Singh,2002.
A Trestie on Phytochemistry. Emedia Sience Ltd.
Burger,I.,Burger,B,V.Albrecht,C.F.Spicies,H.S.C.
and Sandor.P.,1998. Triterpenoid saponin
From
Bacium gradivlona Var. Obovatum Phytochemistry.49. 2087-2089.
Depkes
RI,1995. Materia Medika Indonesia, Depkes RI : Jakarta.
Harbrone.J.B.,1987.Metode
Fitokimia : Penuntun Cara Moderen Menaganalisis Tumbuhan,
Terbitan
Kedua,ITB : Bandung Kim Nio, Ocy.,1989. Zat-zat toksik yang secara alamiah ada
pada tumbuhan nabati. Cermin Dunia Kedokteran, No.58.
Morrisey
JP dan Ousbon AE, 1999. Fungal Resistence to Plant Antibiotic as a Mechanism of
Phatogenesis.
Mikrobiologi and molecular biologi. Reviw 63, 708-729
Robinson
,T., 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi, ITB : Bandung
Yoshiki
Y, Kudo & Okobo K,1998. Relationship Between Cemical Structure and
Biologica
Activities
of Triterpenoid Saponin from Soybean (Reviw) Biosience Biotechnology and
Biochemistry. 62. 2291-2292.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar